Saturday, January 16, 2010

Balada Seekor Semut

Boleh aku marah? Boleh aku teriak? Boleh aku mengeluarkan segala amarah didadaku?? Boleh aku keluar dari lingkaran ini sekarang?

Aku hanya seekor semut yang terjebak dalam sebuah gelembung udara yang terus terbang menuju angkasa. Tangan2 kecilku tidak sanggup memecahkan gelembung ini, aku tidak punya taring untuk menggigit atau cakar untuk merobek gelembung ini agak dia pecah dan aku bebas.

Semuanya tidak akan terjadi bila aku tidak mencoba untuk main-main dengan gelembung udara ini. Harusnya aku tidak penasaran dengan apa yang ada di dalam gelembung udara ini. Yang ternyata didalamnya hanyalah udara kosong yang tidak menarik sama sekali, malahan nafasku hampir habis disini, dan aku akan mati sia-sia. Hanya terlihat menarik dari luar, disaat semua gelembung udara itu berlomba untuk menuju ke awan, siapa yang terdahulu sampai di awan atau bahkan lebih tinggi. Apakah mereka bisa bertemu Matahari? Atau bisa bertemu dengan sosok Tuhan?

Rasa penasaran yang membawaku masuk kedalam gelembung udara ini.

Tidak, bukan salah siapa-siapa. Jangan salahkan gelembung ini, karena ia hanya melaksanakan tugasnya yaitu terisi dengan udara, jika sudah cukup maka ia akan terbang ke udara. Tetapi bila ia tidak menggelinding dulu ke arahku, mungkin aku tidak akan peduli.

Aku tidak menyalahkan siapa-siapa. Mereka semua melakukan tugasnya dengan benar. Angin membawa gelembung itu kepadaku, dia datang, aku tertarik memainkannya. Menyalah-nyalahkan keadaan hanya akan membuatmu semakin menyesal.

Tidak ada yang salah di dunia ini, salah tercipta karena sebuah persepsi. Persepsi yang dibuat atas sesuatu yang tidak mereka suka. Coba pikir, jika kita dibebaskan untuk melakukan apa saja, tanpa persepsi atau malah opini dari sana-sini, pasti semuanya dianggap benar. Semua orang pasti menganggap jika 1+1 = 2 itu benar. Jika 1+1 = 11, pasti salah.
Tapi dibalik semua itu, ada alasan yang pasti terhadap semua pembenaran atas persepsi tersebut.
Berhentilah menyalah-nyalahkan keadaan, karena sama saja dengan menyalah-nyalahkan alasan terbesar kita hidup, Tuhan.

Sudah membicarakan persepsinya, aku sudah mau muntah rasanya.
Bukan muntah karena aku muak, tapi karena gelembung ini tidak berhenti berputar. Ku kira gelembung ini akan dapat naik dengan tenang, mengapa ia harus berputar? Aku pusing. Baiklah, aku terima keadaan ini. Tetapi bisakah buat ini lebih cepat, karena aku tidak sanggup merasakan sakitnya, pusingnya lebih lama lagi.
Sampai di lapisan awan keberapa gelembung ini akan pecah dan aku bisa bebas pulang?
Atau dia akan membawaku terbang entah kemana bahkan lebih jauh lagi?

Sudahlah, nafas dan tenagaku sudah hampir habis. Aku akan terima keadaannya, apabila ia akan pecah maka pecahlah. Jika tidak mungkin aku akan mati perlahan atau malah hidup selamanya dalam gelembung ini.

Aku tidak mau menebak, biarkan saja ia bekerja seperti bagaimana seharusnya.

(To all my friends, broken heart it's not the end of the world. Feel the pain, it'll helps u a lot. At least, It'll keeps you awake)

Bisses,
Wuls

No comments: